Ki Anom Suroto : Wayang Itu Luwes Dan Dinamis Mengikuti Teknologi Pada Masa Pandemi

SOLO- Wayang bagi dalang kondang Ki Anom Suroto merupakan budaya yang bisa berkembang secara fleksibel dan dinamis. Dengan usainya ke 73 dan pengalaman mendalang sejak usia 12 tahun, dia dituntut menyesuaikan.

" Wayang itu dinamis dan fleksibel. Dan masih bisa disaksikan lewat streaming meskipun di masa pandemi, " jelasnya ketika ditemui di Ndalem Timasaan, Padepokan Anom Suroto, Solo, Minggu (22/08/2021) dinihari. 

Lebih lanjut dikatakan, perkembangan seni pedalangan dan wayang telah merambah anak muda. Seperti halnya ia sebagai dalang tetap mengikuti perkembangan wayang kulit dengan streaming. Termasuk perkembangan pentas anaknya Ki Bayu Aji sehingga wayang, dimana menggunakan teknologi virtual.

" Wayang tidak akan lekang karena panas dan tidak akan lapuk karena hujan. Wayang itu dinamis dan luwes, " ujarnya.

Kreasi wayang kulit justru didukungnya. Asalkan tidak meninggalkan bingkai bingkai pakeliran. Pria yang lahir tanggal 11 Agustus 1943 lalu ini membantah pentas wayang tidak ada penonton. Justru kebalikannya, pentas wayang ditunggu tunggu masyarakat terutama masyarakat jawa. Seperti halnya pengalamannya setiap kali pentas di desa selalu dipadati penonton 10 ribu orang. Meskipun tidak sebanyak di kota besar karena masyarakatnya sibuk.

" Suksesnya wayang tidak lepas dari tangan pemerintah. Dan pemerintah harus cawe cawe (ikut serta -red) untuk melestarikan wayang, " jelasnya.

Hanya saja masa pandemi COVID 19, di melihat fonema para seniman dan dalang. Beberapa dari mereka ini menjual propertinya. Ternasuk belakangan ini  ketika Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Namun menurutnya itu diranah invidu pedalang itu. 

"  Ujian berat bagi seniman dan pedalang, " tuturnya. Hal ini setelah ada tidak lagi bisa pentas. Selanjutnya kalau memang tidak bisa kerja yang lain selain mendalang, yang dipunyai seniman itu dijual.

" Yang penting tidak merusak wayang dan gamelan, itu tidak boleh. Walaupun gamelan itu dari besi. Karena yang punya empu leluhur kita. Kalau merusak, berarti merusak karya leluhur kita, " ujar pria yang baru saja merayakan ulang tahun.

Penulis
Agung Santoso

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persis Solo Menang Dari Rans, Empat Kali Berturut-turut Berpeluang Menuju Empat Besar

PDI P Solo Cari Cawali Buka Penjaringan Untuk Umum Dan Berharap Tidak Jalan Pintas

Startegi Khusus Gibran Menarik Suara Pemilih Pilpres 2024