Toleransi Belum Sempurna, Sinta Nuriyah Gus Dur Keliling Sahur Bersama Ajak Tokoh Agama

Sinta Nuriyah, istri Presiden Republik Indonesia keempat Abdul Rahman Wahid atau kerap dipanggil Gus Dur.

Tema : Religius | Penulis : Agung Huma | Foto : Agung Huma | Pengunggah : Elisa Siti

"Dikatakan tidak baik ya cukup baik, tapi belum begitu sempurna," __Jelas Sinta Nuriyah, istri dari Presiden keempat Abdul Rahman Wahid, Rabu (12/04/2023).

SOLO- Toleransi secara umum yang ada di Indonesia belum begitu sempurna. Ini yang disampaikan Sinta Nuriyah, istri dari Presiden keempat Abdul Rahman Wahid. Karena masih ditemui bentrokan agama dan bentrokan politik dan semacamnya yang menyangkut toleransi. 

"Dikatakan tidak baik ya cukup baik, tapi belum begitu sempurna," jelasnya, Rabu (12/04/2023).

Dengan begitu terus disempurnakan seiring perkembangan jaman. Perihal beberapa kota berpredikat toleransi seperti halnya di Solo, ia menanggapinya. Dalam hal ini tidak bisa menilai karena bukan ahli statistik untuk mengukur tingginya toleransi.

"Mengenai, toleransi dikota mana, maupun tinggi tidaknya dan sebagainya buka ahli statistik maupun tidak menjelajah kesana-sana," tandasnya.

Selanjutnya kedatangan dirinya di Kota Solo bukanlah safari ramadhan. Namun berdikusi dengan masyarakat berbagai kalangan dan tokoh agama. Namun demikian istilah Safari Ramadhan ciri dari Menteri Penerangan, Harmoko di jaman orde baru lalu. 

"Kalau saya sahur keliling, dan sahur bersama kaum duafa dan kaum marjinal," tegasnya usai diskusi di Pendopo Balaikota Solo.

Termasuk mengikutsertakan komponen di Indonesia dalam rangka memperkuat, keutuhan, kekuatan di NKRI. Apapun itu sukunya maupun agamanya meskipun berbeda. Lebih lanjut, pihaknya mengajaknya seperti halnya sahur di halaman tempat ibadah mereka.

"Apalagi menyelenggrakan sebaik baiknya, kenapa tidak boleh. Bahkan sahur di halaman gereja, karena juga di bumi Allah," tandasnya.

Pihaknya selama ini tidak mengikuti ritual agama tersebut. Halaman digunakan ini hanya menumpang sehingga itu tidak bisa dikaitkan dengan agama. Karena ini saling bergotong royong, saling menghormati, saling menghargai. 

"Jadi bukan mengikuti ritual mereka. Dan saat masih berjalan sampai sekarang," tandasnya.

Pada kesempatan diskusi dihadiri tokoh agama di Solo dan berbagai komunitas. Bahkan pihak forum komunikasi pimpinan daerah termasuk mantan Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo. Salah satu acara diperdengarkan musik sexopone yang melantunkan shalawat. Dan alat musik tiup dimainkan oleh salah satu pastur gereja di Kota Solo. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persis Solo Menang Dari Rans, Empat Kali Berturut-turut Berpeluang Menuju Empat Besar

PDI P Solo Cari Cawali Buka Penjaringan Untuk Umum Dan Berharap Tidak Jalan Pintas

Wapres Terpilih Gibran Pilih India Untuk Belajar Makan Siang Gratis Efektif