Foto Tradisi Membagi Bubur Samin Banjar Dari Para Perantau Yang Dua Tahun Ditiadakan Karena Pandemi Covid 19

Antrian warga untuk mendapatkan Bubur Samin Banjar di Masjid Darussalam Jayengan Solo. Tradisi ini dilakulan ketika Bulan Puasa Ramadhan. Bahan pokok beras, rempah, sayuran dan potongan daging.

Tema : Ramadhan | Penulis : Agung Huma | Foto : Agung Huma | Pengunggah : Elisa Siti

"Hanya dua tahun ini tidak diadakan karena ada wabah COVID 19. Kini, diadakan kembali menerapkan protol kesehatan," __Ujar Ketua Panitia Pembagian Bubur Samin Banjar, Noor Cholish.

SOLO- Tradisi membagikan makanan khas bernama  Samin Banjar kembali digelar Masjid Darussalam, Jayengan, Kota Solo. Setelah ada kelonggaran pembatasan di masa pandemi COVID 19 tahun ini maka 1000 lebih porsi dibagikan awal puasa Ramadhan. Hal ini dikatakan Ketua Panitia Pembagian Bubur Samin Banjar, Noor Cholish.

"Hanya dua tahun ini tidak diadakan karena ada wabah COVID 19. Kini, diadakan kembali menerapkan protol kesehatan," ujarnya.


Proses pembuatannya memakan waktu dua jam lebih selepas ibadah shalat Dhuhur. Beberapa bahan makanan dimasak dari bumbu rempah, sayuran, serta potongan daging atau tetelan. Ternasuk bahan pokok beras seberat 40 kilogram ikut dimasak menjadi bubur, dimana beras menurun dibandingkan tahun 2019 seberat 45 Kilogram.

"Diolah menjadi bubur yang dibagi menjadi 300 porsi piring untuk takmir. Sedangkan 1000 porsi untuk masyarakat," ujarnya.

Selanjutnya, masyarakat yang ingin mendapatkan harus membawa rantang dari rumah. Kemudian ditaruh di atas meja yang disediakan untuk diisi bubur sekaligus wajib mengantri. Dalam kesempatan itu, Ketua takmir Masjid Darussalam M. Rosyidi Muhdhor mengatakan asal usul bubur itu.

"Pembagian ini sudah berlangsung 30 tahun lebih. Atau tahun 1985. Sehingga menjadi distenasi wisata religi Ramadhan di Kota Solo, tepatnya kelurahan Jayengan," ujarnya.

Tidak hanya datang dari Kota Solo tapi sampai luar kota untuk menikmati bubur ini. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini dalam sejarah menjadi tujuan Warga Banjar, Kalimantan merantau. Beberapa menu dibuat para perantau yang tinggal di Kampung Jayengan seperti Soto Banjar, Nasi Samin, hingga Bubur Samin dan lain sebagainya.

"Tahun 1985 oleh Haji Naam Sahroni, paling cocok dibagikan bubir banjar samin untuk buka bersama," jelasnya.

Dari asal usul ini, Ketua Umum Jayenyan Kampung Permata, Yusuh Ahmad Al Katiri kalau perantau ini menetap. Mereka akhirnya yang awal datang menjual berbagai macam permata tapi menikah warga setempat. Beberapa keturunan dan generasi tetap menjalankan tradisi hingga saat ini.

"Masih ada generasi ke empat dan ke lima yang masih menjaga tradisi ini, sekaligus berdagang emas permata," tandasnya.

Salah satu warga asal Wonogiri, Devin Jastina (35) mengaku tiap tahun antri untuk keluarga. Ia tahu dari media sosial kegiatan bagi bubur setelah dua tahun ditiadakan. Hal sama dikatakan nenek bersama Rosita (65) tinggal di Jayengan yang datang bersama cucunya.

"Rasanya enak, gurih dan ada dagingnya. Aroma harum. Saya sejak tinggal di Solo tiap tahun antri. Bubur ini membawa berkah dan bikin sehat," ujarnya. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persis Solo Menang Dari Rans, Empat Kali Berturut-turut Berpeluang Menuju Empat Besar

PDI P Solo Cari Cawali Buka Penjaringan Untuk Umum Dan Berharap Tidak Jalan Pintas

Startegi Khusus Gibran Menarik Suara Pemilih Pilpres 2024