Tangisan Ibu Angkat Iringi Korban di Makamkan Tanpa Kehadiran Ayah Angkat dan Ibu Kandung

Ibu angkat korban menangis di depan jenazah ketika proses pemakaman.

Tema : Hukum | Penulis : Agung Huma | Foto : Agung Huma | Pengunggah : Elisa Siti

"Ibunya ini budenya. Mengasuh sejak kecil di rumah ini. Setelah ibunya datang, langsung dimakamkan," __Terang Kepala Kecamatan Kartasura, Joko Miranto.

SUKOHARJO- Korban penganiayaan kakak sepupu telah disemayamkan, Rabu (13/04/2022). Proses pemakaman jenasah korban UF (07) membuat tangisan ibu angkatnya Kartini pecah. Dalam kesempatan itu, Kepala Kecamatan Kartasura, Joko Miranto mengatakan ibunya ini datang dari Jakarta.

"Ibunya ini budenya. Mengasuh sejak kecil di rumah ini. Setelah ibunya datang, langsung dimakamkan," terangnya.

Tangisan pecah ini, sempat dirinya terharu karena bagaimanapun juga itu juga anaknya. Walaupun statusnya keponakan. Selama ini diketahui kalau korban diasuh oleh pasangan suami istri Haryoto dan Kartini.

"Pak Haryoto ini sudah pisahan sama Ibu Kartini. Semuanya akhirnya tinggal terpisah, anak ini tinggal bersama kakaknya," tandasnya.

Diketahui ayah angkat korban tidak hadir di pemakaman maupun prosesnya. Hanya ibu angkatnya yang datang langsung dari Jakarta. Yang membuatnya heran, ayah angkat tidak hadir meskipun tinggal juga di Jakarta. Setahunya menjabat di Rutan Cipinang. 

"Harapannya kejadian ini yang terakhir. Dan tidak terulang kembali di wilayah Kartasura. Kalau warga melihat hal hal mencurigai segera lapor RT setempat dan polisi," tegasnya.

Dalam pantauan proses pemakaman, Kartika datang sendiri dari Jakarta. Teriakan tangis penyeselannya meninggalkan keponakan selama ini dicintai. Ia meminta maaf atas perilaku anaknya didepan jenasah korban dan meminta pengurus RT membuka peti.

"Maaf ibu ya dik," ucapnya menangis. 

Dalam hal ini, Ketua RT 01, Suraji kalau kakak sepupu korban yakni Galih Sukma Buana dan istri, Diana. Kemudian dua kakak lain Fajar Nur Hidayatulah, dan Muhammad Shubaib Mukhlisin. Dari kakaknya ini diketahui perilakunya biasa karena pernah belajar di pondok pesantren.

"Warga kaget, kenapa bisa terjadi," jelasnya usai pemakaman di Astana Layu, Tegalan RT 3 RW 01, Ngabeyan, Kartasura 

Namun tindakan kekerasan anaknya ini bermasalah dengan hukum tidak dipungkiri bisa terjadi. Hal ini setelah bapaknya seorang sipir mendidik tidak jauh dengan ketegasan. Justru disesalkan berimbas ke anak asuhnya.

"Anak ini diasuh ibu Kartini. Untuk mengasuh tiga anak dan satu keponakan harus merantau ke Jakarta kerja di konveksi," terangnya.

Lantas, status anak diangkat sewaktu usia 35 hari. Sedangkan ibu kandung korban yang tak lain adik kandung Kartini mau pulang. Waktu itu dikabari istrinya melalui selular tapi dijawab kondisi tidak memungkinkan karena mudik.

"Waktu itu melahirkan korban, suaminya atau bapaknya korban asal Padang meninggal dunia. Sejam setelah lahir anaknya," jelasnya.

Kehidupannya berada di Jakarta membuat anak ini diasuhka ke saudaranya ini. Korban tinggal di Kartasura bersama budenya. Sedangkan ibu korban memilih kerja untuk anaknya ini di Jakarta. Kasih sayang sebagai pengganti ibunya justru berundung masalah.

"Perceraian budenya tiga tahun lalu, membuat budenya kerja keras untuk menopang hidup anak dan ponakan sendirian," tandasnya.

Lantas korban ditinggal sendirian dengan dipercayakan tiga anaknya. Namun berujung tewas karena ulah anaknya ini. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persis Solo Menang Dari Rans, Empat Kali Berturut-turut Berpeluang Menuju Empat Besar

PDI P Solo Cari Cawali Buka Penjaringan Untuk Umum Dan Berharap Tidak Jalan Pintas

Startegi Khusus Gibran Menarik Suara Pemilih Pilpres 2024