Matinya Apon Kebo Bule, Gusti Moeng : Pertanda Kondisi Internal Karaton Surakarta
Polresta Solo bersama Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kota Solo penyemprotan disinfektan di kandang kerbau bule. Hal ini dilakulan dalam Operasi Aman Nusa II tentang penanganan PMK beberapa waktu lalu.
Tema : Budaya | Penulis : Agung Huma | Foto : Agung Huma | Pengunggah : Elisa Siti
"Dan apakah meninggalnya Apon ini, kawula yang mengabdi kepada keraton saat ini bingung dengan keadaan Keraton Surakarta saat ini," __Kata Ketua Dewan Adat Surakarta, GKR Wandasari, Sabtu (23/07/2022).
SOLO- Matinya salah satu kebo inti, Apon menurut Ketua Dewan Adat Surakarta, GKR Wandasari sebagai peringatan. Sekaligus menandakan kondisi internal Keraton Surakarta hari ini.
"Dan apakah meninggalnya Apon ini, kawula yang mengabdi kepada keraton saat ini bingung dengan keadaan Keraton Surakarta saat ini," katanya, Sabtu (23/07/2022).
Sebagai putri dari Sri Susuhunan Pakubuwana XII, ia melihat banyaknya rumor. Hal ini timbul dalam internal Keraton Surakarta sehingga membuat kondisi di dalam Keraton menjadi tidak baik.
"Semoga dengan ini, semua kembali dengan aturan yang benar bisa selamat semua, terutama Keraton seutuhnya," tuturnya.
Sepengetahuannya, kematian kebo bule yang berdampak pada kemungkinan tidak ikutnya salah satu pusaka kerbau. Menurut ini peristiwa yang baru pertama kali terjadi dalam Kirab Malam Satu Suro.
"Seingat saya tidak kirab karena pandemi. Mungkin ini belum diizinkan lagi, kalau kondisi kerbaunya seperti ini," ungkapnya.
Namun demikian, Gusti Moeng tidak bisa memastikan diadakan tidaknya kirab 1 suro. Mengingat dirinya belum dilibatkan dalam prosesi tersebut. Tetapi, sebagai salah seorang yang memiliki wewenang, dia tidak mengizinkan kebo bule diikutkan kirab karena sakit.
"Saya memengang kerbau ini sejak tahun 1992, itu tinggal sepasang saja. Lalu berkembang menjadi 6, dan menjadi banyak," tuturnya.
Apon diketahui adalah pemimpin pasukan Kebo Bule Keturunan Kyai Slamet. Dalam hal ini pada Kirab Malam Satu Suro Keraton Surakarta. Dan tergabung dengan 7 kerbau lainnnya sebagai inti dari Kyai Slamet. Menurut GKR Wandasari, tidak adanya panutan dalam pasukan tersebut otomatis akan membuat pasukan tersebut kocar-kacir. (*)
Komentar
Posting Komentar