Kalangan Pegiat Budaya Menilai Resepsi Kaesang di Pura Mangkunegaran Fenomena Baru Adat dan Bermakna Syarat Jawa

Tema : Budaya | Penulis : Agung Huma | Pengunggah : Elisa Siti

"Bulan Desember 2022 ini masuk bulan jawa Jumadil Awal 1956 Ehe, banyak yang menikah pada bulan jawa ini," __Terang Salah satu pegiat budaya asal Kota Solo,  Raden Surojo.

SOLO- Kalangan pegiat budaya di Kota Solo menilai pernikahan putra sulung Presiden Joko Widodo syarat makna jawa. Salah satu pegiat budaya asal Kota Solo bernama Raden Surojo ini mengatakan pelaksanaan resepsi musim pernikahan.

"Bulan Desember 2022 ini masuk bulan jawa Jumadil Awal 1956 Ehe, banyak yang menikah pada bulan jawa ini," terangnya, Selasa (29/11/2022).

Selama pernikahan jawa, tradisinya tidak menggunakan hitungan masehi. Ada beberapa bulan jawa dianggap baik pernikahan bulan besar dzulhijah atau musim haji, Jumadil Awal. Kalau rencana pernikahan atau ijab qobul berlangsung tanggal 10 Desember, ia menyebut tanggal 16 Jumadil Awal 1956 Ehe.

"Bila acaranya ngunduh berlanjut tanggal 11 Desember, hitungan jawanya tanggal 17 Jumadil Awal," terangnya.

Namun pada tanggal 10 Desember atau 16 Jumadil Awal memiliki nama. Surojo mengatakan nama tersebut yakni sinung loro ing bebalung. Artinya, akan ada gangguan atau sakit pada tulang. Tanggal jawa ini biasanya oleh orang jawa dihindari untuk acara resepsi. 

"Kalau menurut saya, untuk ijab qobul tidak masalah. Selanjutnya, resepsi bisa dilaksanakan di hari selanjutnya atau tanggal 17 Jumadil Awal atau 11 Desember," tandasnya.

Sedangkan tanggal 11 Desember atau 17 Jumadil Awal tidak ada pantangan apapun. Jatuhnya tanggal ijab qobul itu, ada beberapa faktor hitungan jawanya. Ia menyebut hitungan kelahiran pasangan bisa ditanggal tersebut. 

"Namun saya tidak tahu weton, pasaran putra Pak Jokowi dan pasangannya. Hanya saja semua ada rumus-rumusnya hitungan nikahan," terangnya.

Bisa saja, jatuhnya acara tanggal 10 dan 11 Desember karena momentum hari sabtu minggu. Dengan begitu, keluarga, pejabat hingga teman bisa hadir ketika hari libur. Dan tidak terkendala bekerja.

"Karena semua hitungan hari ini supaya pasangan ini sejahtera, berbahagia, rejeki, dan memiliki wibawa," jelasnya.

Resepsi yang digelar di Pura Mangkunegara, ia hal yang baik. Karena sesuai filsafat jawa menikah itu seperti raja dan lokasinya didesain layaknya istana atau karaton. Meskipun hanya raja dan ratu sehari. Namun, pernikahan putra presiden justru menempati istana Pura Mangkunegaran. 

"Ini betul betul sebuah istana. Dan ini baru pertama kali orang awam bisa memberlangsungkan acara nikahnya di Mangkunegaran," katanya saat dikonfirmasi.

Ia melihat pernikahan digelar di Pura Mangkunegaran maupun Karaton Surakarta seharusnya anak cucu raja dan adipati. Selama ini, keluarga presiden ini adalah masyarakat pada umumnya. Namun jabatannya pemimpin negara ini setingkat dengan raja sehingga diperbolehkan menikah di istana.

"Dengan resepsi itu justru baik, ini menunjukkan Mangkunegaran keterbukaan dengan masyarakat," terang pegiat Mangkunegaran.

Dan ini fenomena Mangkunegaran saat ini. Konsekuensinya setelah resepsi di lokasi itu maka masyarakat juga diperbolehkan. Termasuk konglomerat manapun juga bisa melangsungkan pernikahan tersebut. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persis Solo Menang Dari Rans, Empat Kali Berturut-turut Berpeluang Menuju Empat Besar

PDI P Solo Cari Cawali Buka Penjaringan Untuk Umum Dan Berharap Tidak Jalan Pintas

Startegi Khusus Gibran Menarik Suara Pemilih Pilpres 2024