Alat Kesehatan Produk Dalam Negeri Gandengan UMKM, Menteri Kesehatan Mulai Stop Produk Import
Peralatan kesehatan teknologi tinggi USG produk UMKM dipamerkan, Jum'at (19/08/2022).
Tema : Kesehatan | Penulis : Agung Huma | Foto : Agung Huma | Pengunggah : Elisa Siti
"Seperti paguyuban pengusaha UMKM di Pekalongan. Membuat kain kasa. Maka bisa membuat produksi massa," __Tandas Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, Jum'at (19/08/2022).
SOLO- Produksi alat kesehatan di Indonesia menggandeng Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM). Apalagi sudah banyak perkumpulan maupun paguyuban UMKM. Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, Jum'at (19/08/2022).
"Seperti paguyuban pengusaha UMKM di Pekalongan. Membuat kain kasa. Maka bisa membuat produksi massa," tandasnya.
Produk alkes ini dibagi beberapa level yakni level canggih, sedang, merakyat. Membangun kemitraan pada level sedang bisa memproduksi teknologi. Pihaknya juga sudah mengunci e katalog untuk produk alat kesehatan dalam negeri.
"Misalnya rumah sakit vertikal yang dipusat, atau pembelian di pusat. Kalau ada produk dalam negeri. Itu tidak bisa produksi impor masuk," ujarnya.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin bersama Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki. Juga hadir Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin.
Pihaknya sudah menghentikan import yakni tempat tidur rumah sakit. Karena pelaku UMKM mampu membuat berteknologi tinggi. Termasuk pengadaan 300 ribu antropometri atau alat ukur panjang bayi, tinggi anak dan berat bayi.
"Ini untuk program stunting bagi 300 ribu posyandu. Dulu memang import. Masak sih kita import lagi," tuturnya.
Dengan duduk bersama ahli dan akademisi ternyata bisa membuat dan produksinya di Solo. Selama ini bekerjasama Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia (Kemenkop UKM). Kesempatan ini menteri ini, Teten Masduki mengatakan mengganti import menjadi produk dalam negeri secara bertahap.
"Ini bisa mulai alkes teknologi sederhana. Walaupun menengah dan tinggi, sudah bisa dikerjakan," terang Teten.
Pemberian sertifikat kepada UMKM dan Rumah Sakit dalam acara di Fasilitas Pengembangan Alat Kesehatan Produksi UKM dan UMKM.
Seperti kunjungannya di Politeknik ATMI di Solo yang mengembangkan penelitian alat produksi. Ini bisa menjadi mitra UMKM. Ekosistem pembiayaan sudah disediakan dengan berkolabirasi menkes untuk diproduk dalam negeri.
"Misal, untuk alkes itu Rp 30 trilyun maka 40 persennya untuk UMKM. Sekitar Rp 15 sampai Rp 20 trilyun per tahun," kata Dirjen Kemafarmasian dan Alkes Menkes, Rizka Andalusia.
Dalam kesempatan itu kedua menteri menghadiri kegiatan Fasilitasi Pengembangan Alkes Produksi UMKM. Hadir pula Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin yang ikut menyambut. Ia mengatakan pihaknya akan membiasakan para dokter menggunakan produk dalam negeri.
"Awalnya asa keluhan. Namum bisa dikonsulidasikan oleh produsen," terangnya. (*)
Komentar
Posting Komentar