Investigasi KNKT : Telat Pindah Gigi Dijalur Turun Membuat Mesin Mati Membuat Bus Meluncur Seperti Dibanting

Plt. Ketua Sub Komite KNKT, Ahmad Wildan, Selasa (08/02/2022).

Penulis : Agung Huma | Foto : Agung Huma

SOLO- Investigasi oleh pihak Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mencoba melihat jalur. Dari hitungannya ini kalau tanjakan jalur jalan Imogiri-Dlingo, kawasan Bukit Bego masih gampang. Hal ini disampaikan Hal ini diungkapkan Plt. Ketua Sub Komite KNKT, Ahmad Wildan, Selasa (08/02/2022).

"Saya melihat busnya, gradient abilitynya dan torsinya bisa mencapai 40 persen. Artinya tanjakan di situ masih gampang," tandasnya.

Sehingga ia mengatakan tidak ada masalah pada bus dalam melintasi jalur tersebut. Namun melihat kondisi jalur ini maka sejauh mana pengemudi bisa memahami prosedur jalur turun. Tingginnya jalur ini kalau elevasinya dilihat di google earth, ada perbedaan tinggi 150 meter pada jarak 1,1 Km.

"Kemiringan variasi. Gradien tertinggi itu maksimal sekitar 20 persen lebih," terangnya.

Dalam kecelakaan ini pengemudi ngerem terus dari jalan turun yang jarakanya sekitar 1,1 Km. Pada saat bus maupun truk meluncur dari atas maka akan tertarik oleh gaya gravitasi bumi. Dalam hitungan ada rumusnya yakni gaya ini besarnya 9,8 meter/detik kuadrat X massa X beda tinggi. Semakin tinggi tempat maka semakin besar gaya yang mendorongnya ke bawah. 

"Untuk mempertahankan kecepatan, meski pakai gigi 3, biasanya bisa 80 kmph. Ini sudah saya coba pakai mobil dinas," terangnya.

Sehingga bukan gagal nanjak tapi telat memindah gigi karena pengemudi kemungkinan tidak hafal. Meskipun pengemudi ini berpengalaman mengemudi 15 tahun. Dan dipikir laju bus yang meluncur bisa dihentikan memakai gigi 2 atau gigi 3.

"Mesinnya pasti mati, saya gak tahu persis karena pengemudinya meninggal. Kenek tidak tahu pasti, tapi tiba tiba mesin mati," jelasnya.

Matinya mesin ini disampaikan oleh kenek atau pembantu pengemudi yang berdiri dekat pengemudi. Termasuk keterangan penumpang yang selamat. Bahkan waktu kesulitan mengerem sempat pengemudi ngomong dan meminta penumpang disuruh ke belakang.

"Jadi memang pada saat menghantam posisi gigi netral. Kalau netral kecepatnnya, itu bisa sangat tinggi, sampai 80 km / perjam Los, kayak dibanting," jelasnya.

Bila masih menggunakan gigi 3 maka laju bus bisa ditahan dengan mesin. Menurutnya kecelakaan ada 13 korban itu mukjizat Tuhan dengan dibenturkan dengan tebing batu. Kalau analisanya dengan hantam dari kecepatan 80 km per jam bisa lebih korbannya.

"Salah satu rekomendasinya akan kita minta pemerintah DIY melakukan route hazard mapping pada rute wisata. Atau pemataan bahaya pada rute," tandasnya.

Hal ini setelah DIY banyak sekali destinasi wisata dengan jalan jalan ekstrem. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persis Solo Menang Dari Rans, Empat Kali Berturut-turut Berpeluang Menuju Empat Besar

PDI P Solo Cari Cawali Buka Penjaringan Untuk Umum Dan Berharap Tidak Jalan Pintas

Startegi Khusus Gibran Menarik Suara Pemilih Pilpres 2024