Kampus Akutansi Yang Mati Suri Mampu Meluluskan Puluhan Ribu Mahasiswa

Mahasiswi dari kampus ITB ASS Indonesia, Sukoharjo usai kegiatan, Sabtu (07/01/2023).

Tema : Pendidikan | Penulis : Agung Huma | Foto : Agung Huma | Pengunggah : Elisa Siti

"Di tahun 2012 kampus mengalami mati suri," __Terang Pembina Yayasan Amaliah Ilmi Surakarta, Dr Budiyono, Sabtu (07/01/2023).

SUKOHARJO– Tidak mudah untuk menciptakan para intelektual dalam dunia pendidikan. Seperti halnya yang dialami Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bisnis (ITB) Akademi Akuntansi Surakarta (AAS).

"Di tahun 2012 kampus mengalami mati suri," terang Pembina Yayasan Amaliah Ilmi Surakarta, Dr Budiyono, Sabtu (07/01/2023).

Sebagai dosen kampus ITB AAS ini, ia mengatakan hanya 5 mahasiswa dengan 12 dosen waktu itu. Lantaran yayasan memberikan mandat kepadanya untuk dikelola dengan baik. Termasuk melanjutkan institusi ini.

"Kemudian melakukan take over menjadi Akademi Akuntansi Surakarta (AAS)," ujarnya.

Dalam hal ini melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Sedangkan keputusan ini bernomor No.68/D/O/2007. Selain perubahan nama, pengelolaan perguruan tinggi ini juga beralih di bawah naungan Yayasan Amaliyah Ilmi Surakarta.

“Saya tidak ingin membangun setengah-tengah, saat itu SDM saya S2 baru 2 dan lainnya S1," tandasnya.

Kemudian ia lanjutkan menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) AAS pada tahun 2014. Lantas
perubahan nama tersebut yakni melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.04/E/O/2014. Kemudian kampus STIE AAS beroperasi dengan 4 program studi yaitu Program Studi S1 Akuntansi, Program Studi S1 Ekonomi Islam, D3 Akuntansi dan D3 Perpajakan.

"Melihat perkembangan pendidikan tinggi, STIE AAS dirasa perlu untuk meningkatkan kinerjanya," jelasnya.

Dr Budiyono, dosen ITB ASS sekaligus Pembina Yayasan.

Pastinya dalam rangka mewujudkan pendidikan tinggi bagi masyarakat. Oleh sebab itu, manajemen mengajukan perubahan bentuk institusi. Supaya memberikan layanan pendidikan tinggi yang lebih luas bidang keilmuannya. Alhasil, tanggal 31 Januari 2020, secara resmi berubah menjadi Institut Teknologi Bisnis (ITB) AAS Indonesia. Dan ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.192/M/2020.

"Alhamdulillah pada saat itu SDM nya sudah master semua, di tahun 2020 kami tingkatkan bentuknya menjadi institut karena semua persyaratan sudah memenuhi," jelasnya.

Sekarang punya tujuh doktor dan lahan sudah memiliki 12 ribu lahan. Dan dikembangkan menambah Prodi Informatika. Dalam waktu dekat ini maka pihaknya sudah mengajukan program Magister Ekonomi. Termasuk juga akan dibuka Prodi Hukum dan Managemen untuk menuju universitas.

“Alhamdulillah lulusan dari kami beberapa masuk di Kementerian Keuangan, dan banyak menjadi PNS, BUMN dan wiraswasta,” ungkapnya.

Pada kesempatan saat dikonfirmasi kalau kampus ini menempati lahan di Jalan Slamet Riyadi 361 Windan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo. Dan berusia 38 tahun sedang melakukan syukuran sederhana kini sudah meluluskan sekitar 28 ribu mahasiswa. 

"Beberapa negara menjalin kerjasama diantaranya Malaysia, Thailand, India, Filiphina dan Rusia," terangnya.

Perjalananya mengelola ini tidak memungkiri persaingan ketat di dunia pendidikan di Soloraya. Pihaknya juga kerjasama para alumni terkait dengan penerimaan mahasiswa baru (PMB). 

“Yang kita tonjolkan disini menjadikan kampus yang berkualitas dan unggul dengan biaya yang sangat terjangkau, D3 hanya Rp350 ribu, S1 Rp400 tanpa biaya apapun, UTS UAS sudah tidak membayar lagi. Dan empat prodi sudah terakreditasi,” tandasnya. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persis Solo Menang Dari Rans, Empat Kali Berturut-turut Berpeluang Menuju Empat Besar

PDI P Solo Cari Cawali Buka Penjaringan Untuk Umum Dan Berharap Tidak Jalan Pintas

Startegi Khusus Gibran Menarik Suara Pemilih Pilpres 2024