Resesi Global Mengancam, Permintaan KPR Subsidi Meninkat di Solo Sekitar
Salah satu komplek KPR bersubsidi Marison wilayah Jeruk Sawit, Karanganyar.
SOLO- Permintaan atau demand Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) subsidi semakin tinggi terutama di Kota Solo dan sekitarnya. Bahkan tidak terpengaruh resesi global. Hal ini disampaikan Deputi Branch Manager BTN Cabang Solo, Emon Subiantoro.
"Kami bahkan setiap hari ada proses wawancara calon debitur dan akad kredit rumah subsidi," jelasnya, Minggu (23/10/2022).
Diakui growth-nya agak melambat ketika masa Pandemi COVID 19. Namun sudah mendekati normal lagi saat ini. Selanjutnya pasca pandemi ini justru demand semakin tinggi dengan peningkatan 50 persen. Sedangkan ini menjadi momentum yang bagus untuk pemulihan sektor propert khususnya di Kota Solo.
"Target KPR subsidi sebesar Rp 300 miliar untuk semua program. Sampai akhir tahun," ujarnya.
Dengan begitu, Emon optimistis target tercapai 100 persen dengan ealisasinya sudah tembus 95 persen. Ini membuktikan prospek bisnis properti cukup cerah di tahun depan. Kendati harga material pembangunan rumah diprediksi naik setelah imbas rkoboni global.
"Karena rumah subsidi ini kebutuhan pokok. Jadi demand-nya besar. Kami kerjasama dengan 200 developer. Sebanyak 60-70 persennya developer aktif," ujarnya.
Acara grand launching Marison Duwe Gawe di Hotel Sunan, Minggu (23/10/2022) Solo.
Mereka ini ekspansi ke daerah-daerah di Solo dan sekitarnya yang potensial seperti Karanganyar dan Sukoharjo. Developer ikut mendapat momentum
untuk mengembangkan perumahan subsidi. Khususnya untuk segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Solo dan sekitarnya. Sebab melihat growth KPR subsidi di Bank BTN Cabang Solo yang tinggi, respon masyarakat sangat positif.
"Jadi begitu developer buka perumahan, rata-rata sold out," ujarnya.
Bahkan pihaknya mendukung untuk realisasi pembiayaan KPR-nya. Terutama subsidi yang pascapandemi ini growth-nya sangat cepat. Direktur Marison Group, Andrian Ardianto membenarkan prospek properti. Ia menilI menjanjikan untuk Kota Solo dan sekitarnya.
"Selama pandemi pun, kebutuhan rumah subsidi konsisten tetap tinggi," ucapnya.
Hal ini berbeda dengan rumah komersial yang biasa untuk investasi, kecenderungannya menurun. Karena masih banyak MBR yang belum punya rumah. Apalagi di daerah yang paling dekat dengan Solo seperti Karanganyar.
"Kami punya unit paling banyak di sana. Sebanyak 400 unit. Daerah potensial lainnya ada di Boyolali dan Sukoharjo," terangnya. (*)
Komentar
Posting Komentar