Pengguna Jembatan Sasak Meningkat 100 Persen, Dishub Solo : Rawan Keselamatan Pengendara

Jembatan sasak antara Kampung Sewu, Jebres, Solo dengan Desa Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo, saat dilewati masyarakat, sebagai jalan alternatif.

Tema : Infrastruktur
 | Penulis : Agung Huma | Foto : Agung Huma | Pengunggah : Elisa Siti

"Secara kerawanan itu potensi rawan untuk keselamatannya, karena diatas drum, goyangan terasa, terakhir diujung sangat menanjak," __Kata Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kota Solo, Ari Wibowo, Selasa (27/09/2022).

SOLO– Jembatan sasak tidak disarankan oleh Dinas Perhubungan Kota Solo. Hal ini setelah banyak masyarakat mengambil jalan alternatif ditutupnya Jembatan Mojo dan Jurug B. Hal ini dikatakan Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kota Solo, Ari Wibowo, Selasa (27/09/2022).

"Secara kerawanan itu potensi rawan untuk keselamatannya, karena diatas drum, goyangan terasa, terakhir diujung sangat menanjak," katanya.

Harapannya jembatan tersebut tidak menjadi jalur alternatif karena revitalisasi jembatan. Selain itu pihaknya tidak menginginkan ada kejadian yang tak diinginkan terjadi. Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan beberapa evaluasi.

"Nanti kami evaluasi. Harapan kami itu tidak jadi alternatif," terangnya.

Jembatan ini menghubungkan akses dua desa. Dalam hal ini antara Kampung Sewu, Jebres, Solo dengan Desa Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo. Dengan adanya jembatan ini maka masyarakat ingin memangkas waktu perjalanan pulang dan berangkat kerja.Hal senada dikatakan Kapolsek Mojolaban, AKP Tarto saat dihubungi, Selasa (27/09/2022). Diperkirakan ada 100 persen peningkatan pada pengendara motor.

"Diatur oleh para crew sejumlah 20 personel untuk membantu para penyeberang," jelas dia.

Tarto menjelaskan telah melakukan sosialisasi kepada pengelola bahwa keselamatan menjadi faktor yang utama. Ia pun meminta pihak pengelola untuk mengatur para pengguna jalan agar tidak berdesakan selama pengantrian. Baik itu dari arah Sukoharjo maupun Solo.

"Diatur oleh para crew sejumlah 20 personel untuk membantu para penyeberang," jelas dia.

Tarto memprediksi para pengguna jembatan akan terus meningkat. Pasalnya panjang antrian pada hari pertama penutupan mencapai 1 km. Ia menyarankan kepada pengelola untuk ditutup apabila debit air naik.

"Karena dari segi keamanan, konstruksi jembatan tidak memadai," terangnya.

Pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada pengelola supaya mengutamakan keselamatan. Berikut, supaya mengatur para pengguna jalan agar tidak berdesakan selama pengantrian. Baik itu dari arah Sukoharjo maupun Solo. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persis Solo Menang Dari Rans, Empat Kali Berturut-turut Berpeluang Menuju Empat Besar

PDI P Solo Cari Cawali Buka Penjaringan Untuk Umum Dan Berharap Tidak Jalan Pintas

Startegi Khusus Gibran Menarik Suara Pemilih Pilpres 2024