Balasan Aksi Damai Mahasiswa Bertemu Gibran, Mahasiswa Gabungan Kota Solo Bakar Ban Dan Sindir Gibran
" Maka kami turun ke jalan pada hari ini untuk menjawab Mahasiswa di Solo Raya tetap independen," - Koordinator Aksi, Fierdha Abdullah Ali.
SOLO - Seratusan lebih mahasiswa aksi unjuk rasa depan Balaikota Solo, Kamis (08/02/2024). Mereka berorasi sindir kinerja Gibran yang juga menabrak konstitusi sehingga menjadi calon wakil presiden. Hal ini, Koordinator Aksi, Fierdha Abdullah Ali, kalau aksi ini bentuk keprihatinan yang rusaknya demokrasi.
" Maka kami turun ke jalan pada hari ini untuk menjawab Mahasiswa di Solo Raya tetap independen," tegasnya.
Ban dibakar dalam aksi unjuk rasa depan Balaikota Solo, Kamis (08/02/2024) sore. (Agung Huma)
Bahkan mahasiswa di Kota Solo dan kabupaten sekitar tidak terkotakkan ke satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Dengan melalui aksi ini mengutuk aksi mahasiswa yang tidak independen. Seperti halnya Aliansi Mahasiswa Solo Raya Untuk Kepemimpinan Bermartabat (AMSR-UKB) yang ditemui Gibran usai aksi.
" Kami melihat mereka (AMSR-UKB) justru condong mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran. Itu aksi gimik,” kata Fierdha.
Menurutnya aksi demonstrasi waktu itu ditujukan kepada orang yang menduduki jabatan tertentu. Bahkan, ada penandatanganan pakta integritas. Sejatinya isi dari poin-poin adalah visi misi cawapres.
" Unjuk rasa itu diikuti berbagai elemen, termasuk mahasiswa dan masyarakat umum, " terangnya.
Pada kesempatan itu, elemen mahasiswa yang bergabung dari GMNI, HMI, KAMMI, BEM Unisri, hingga BEM UNS. Termasuk juga dari sejumlah elemen masyarakat. Para mahasiswa ini ini tergabung dalam Aliansi Solidaritas Perlawanan Rakyat Soloraya (Sodara).
" Baru dua tahun menjadi Walikota sudah ingin menjadi wakil presiden. Tugasnya di Solo justru mau ditinggal begitu saja, " jelas salah satu peserta orasi.
Baca juga : Aksi Mahasiswa UNS Soroti Pelanggaran Demokrasi dan Tuntut Rektorat Bersikap
Bahkan terlontar ucapan dalam orasi meneriakan Jokowi mundur karena mengangkangi hukum. Ini semua untuk anaknya yang menginginkan kekuasaan. Selanjutnya aksi teatrikal menggambarkan itu semua yang diibaratkan kepala sekolah dan anaknya ingin menjadi ketua sosial meskipun belum layak.
Dalam aksi tersebut sempat terjadi ketegangan kepolisian ketika bakar ban. Petugas menyemprotkan alat pemadam api. Termasuk hendak menutup Jalan Sudirman depan Balaikota Solo disaat hujan turun. Mereka datang membuat lingkaran dengan membentangkan sejumlah spanduk bertuliskan kritikan. Seperti ada ‘Rezim Penghianat Rakyat’, ‘Maaf Jalan Ditutup Sedang Ada Perbaikan Reformasi’; ‘Bansos Diobral Dimana-Mana, Mana Arti Sebuah Negara’ dan lainnya. (Agung Huma)
Komentar
Posting Komentar