Seniman Butet Saksikan Solo Bukan Gibran Dan Sebut Penculik Aktivis 98 Salah Satu Capres

 " Hari ini wiji tukul durung muleh, su. (Hari ini tukul belum pulang, njing). Sing nyulik sopo (yang menculik siapa) capres mu kae (Capresmu itu) , " - Seniman Butet Kartaredjasa 


SOLO, - Seniman Butet Kartaredjasa menanggapi Kampanye Ganjar Mahfud di Kota Solo full energi. Bahkan ia menyaksikan sendiri Masyarakat Kota Solo menyebut Solo bukan Gibran.

" Saya melihat sendiri, menyaksikan sendiri, masyarakat Solo full energi. Menyebut Solo bukan Gibran, top, " tandasnya.

Fitri Nganthi Wani, anak Wiji Thukul saat berpuisi, Minggu (11/02/2024) pagi. (Foto : Agung Huma)

Makna puisi untuk kampanye ini, ia mengatakan bahwa suara tidak bisa dibungkam. Ganjar Mahmud tidak pernah bukam suara. Karena kebebasan berpendapat dijamin UU 1945. Bahkan pasangan ini berkomitmen penegakan hukum terhadap pelanggaran HAM masa lalu.

" Pasti penegakan hukum, " tegasnya saat dikonfirmasi usai pentas.

Pada kampanye itu, ia memilih membacakan puisi aktivis Wiji Thukul karena korban penculikan oleh orang yang saat ini justru mencalonkan diri calon presiden.

 " Hari ini wiji tukul durung muleh, su. (Hari ini tukul belum pulang, njing). Sing nyulik sopo (yang menculik siapa) capres mu kae (Capresmu itu) , " tandasnya.

Baca JugaKampanye Ganjar Mahfud di Solo, Megawati Janji Pesta Besar Jika Menang

Perlu diketahui Fitri Nganthi Wani, anak Wiji Thukul, penyair dan aktivis hak asasi manusia (HAM) asal Kota Solo yang menjadi korban penculikan saat reformasi 1998. Dia hadir di gelaran Hajatan Rakyat di Benteng Vastenburg Solo, Jawa Tengah. Dan juga berada satu panggung dengan seniman dan budayawan asal Yogyakarta, Butet Kertaredjasa

Dalam kesempatan itu, Wani, sapaan karibnya, menagih janji Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk menemukan ayahnya. Wani yang tampil membacakan salah satu puisi karya Sang Ayah, mengawali penampilannya. Kemudian Wani dan Butet secara bergantian membacakan puisi karya Wiji Thukul, yakni berjudul Peringatan dan Sajak Suara.

" Tapi sampai sekarang kami masih mengingat janji yang pernah diucapkan Pak Presiden Jokowi perihal Widji Thukul harus ketemu, " terang Wani.

Kasus Wiji Thukul harus selesai, harus bisa ditemukan hidup ataupun mati. Diatas panggung Butet menyebut bahwa pelaku penculikan korban 98 itu dilakukan salah satu capres.

" Wiji Thukul yang diculik, jadi yang menculik men-capres-kan,” ucap Butet yang disambut riuh teriakan para pendukung Ganjar-Mahfud. (Agung Huma)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persis Solo Menang Dari Rans, Empat Kali Berturut-turut Berpeluang Menuju Empat Besar

PDI P Solo Cari Cawali Buka Penjaringan Untuk Umum Dan Berharap Tidak Jalan Pintas

Wapres Terpilih Gibran Pilih India Untuk Belajar Makan Siang Gratis Efektif