Kelangkaan Minyak Goreng, Akademisi Menilai Ada Dualisme Produksi Kelapa Sawit

Prof. Ir. Prabang Setyono, Guru Besar MIPA UNS Bidang Ilmu Pencemaran Lingkungan Prodi Lingkungan.

Tema : Ekonomi  | Penulis : Agung Huma | Foto : Agung Huma | Pengunggah : Elisa Siti

"Kalau dulu tidak terpikir bio disel, maka minyak kelapa sawit ada. Stok minyak goreng tercukupi," __jelas Guru Besar MIPA UNS Bidang Ilmu Pencemaran Lingkungan Prodi Lingkungan.

SOLO- Kelangkaan minyak goreng ini justru akademisi Prof. Ir. Prabang Setyono melihat satu sisi lain. Kelapa sawit sebagai penghasil produk yang bisa dimakan atau edible tapi bisa digunakan bahan bakar. 

"Kalau dulu tidak terpikir bio disel, maka minyak kelapa sawit ada. Stok minyak goreng tercukupi," jelas Guru Besar MIPA UNS Bidang Ilmu Pencemaran Lingkungan Prodi Lingkungan.

Lebih lanjut, pemerintah dalam hal ini punya dualisme kepentingan produk yang dihasilkan kelapa sawit. Karena kepemimpinan Presiden Joko Widodo memiliki kebijakan untuk mengurangi energi fosil. Temasuk pengurangan emisi gas rumah kaca.

"Dengan mengganti energi nabati, itu bagus serta menjadi arah pertemuan G 20 mendatang," jelasnya.

Prabang yang akan dikukuhkan Guru Besar UNS Ke 247 justru alternative selain sawit yakni tanam jarak sebagai alternative. Tanaman ini tidak bisa dimakan dan pola tanam menggunakan lahan produktif. Hanya saja realita dilapangan, ada permasalahan agroekologinya. 

"Ada petani produktif justru memotong jarak sebagai protes meskipun hendak musim panen, karena tidak pasti," tandasnya.

Para petani produktif diminta pemerintah mengganti tanaman jarak terlu lama panen. Karena petani biasanya menanam padi bisa panen sampai tiga kali. Namun pemerintah sepertinya terlalu besar biaya untuk subsidi tanam jarak. 

"Pohon jarak itu, dengan kepala sawit fungsinya sama. Artinya bahan bakar bisa diperbarui dan bisa ditanam," ujarnya.

Seandianya kepala sawit diproporsikan maka bahan untuk biosel bisa dikurangi dengan memberi proporsi lebih ubtuk minyak goreng. Dengan melihat aspek ekonominya, kelangkaan minyak goreng tidak ada san harga akan turun sendirinya. Dalam kesempatan itu ia dikukuhkan bersama Prof Nuryani dalam Sidang Senat Terbuka secara luring dan daring di Auditarium G.P.H Haryo Mataram, UNS, Selasa (08/03/2022). (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persis Solo Menang Dari Rans, Empat Kali Berturut-turut Berpeluang Menuju Empat Besar

PDI P Solo Cari Cawali Buka Penjaringan Untuk Umum Dan Berharap Tidak Jalan Pintas

Startegi Khusus Gibran Menarik Suara Pemilih Pilpres 2024