Sejak Zaman VOC Ekspor Bahan Mentah, Jokowi Tegaskan Saatnya Indonesia Berani Stop

Presiden Joko Widodo usai hadiri Sidang Senat Terbuka Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah, Jumat (11/3/2022).

Tema : Nasional | Penulis : Agung Huma | Foto : Agung Huma | Pengunggah : Elisa Siti

"Kita sudah berpuluh-puluh tahun, beratus tahun ekspor bahan mentah. Sejak VOC kita ekspor bbahan mentah sampai sekarang. Tidak, kita tidak mendapat nilai tambah, tidak mendapat added value," __Jelas Presiden Jokowi.

SOLO- Berpuluh-puluh tahun bahkan sejak zaman VOC, Indonesia selalu ekspor bahan mentah. Sudah saatnya, Indonesia mengatakan stop ekspor bahan mentah, meskipun mendapatkan gugatan dari Uni Eropa.

Hal itu ditegaskan Presiden Joko Widodo di hadapan Sidang Senat Terbuka Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah, Jumat (11/3/2022).

"Kita sudah berpuluh-puluh tahun, beratus tahunn ekspor bahan mentah. Sejak VOC kita ekspor bbahan mentah sampai sekarang. Tidak, kita tidak mendapat nilai tambah, tidak mendapat added value," jelas Presiden Jokowi.

Tetapi, begitu distop ekspor bahan mentah muncul gugatan dari Uni Eropa ke WTO. Bahkan sampai saat ini gugatan tersebut belum selesai.

"Gak papa. Kita perintah tahun ini bauksit kita stop, biar digugat lagi. Tahun depan stop lagi tembaga atau timahnya. Gak papa digugat, belum tentu kita kalah, tapi belum tentu kita menang. Tapi keberanian ini harus kita lakukan. Tapi kalau kita nggak mencoba kita nggak tau menang atau kalah," tegasnya.

Lebih lanjut Jokowi mengatakan sejak 2020, dirinya sudah kita mengatakan kepada sepuluh menteri, tidak ada lagi ekspor bahan mentah. Saat ini untuk nikel, tidak ada ekspor raw material atau bahan mentah.

"Apa yang terjadi? Tujuh tahun lalu kita ekspor bahan mentah 1-1,5 miliar US dolar. Jadi kira-kira Rp15-20 triliun. Karena kita stop dan muncul industrialisasi, 2021 kemarin karena ekspor kita dalam bentuk jadi dan setengah jadi, menjadi 28 miliar USD. Melompat menjadi Rp 340 triliun," jelasnya lagi.

Nilai tersebut baru dari satu barang, padahal Indonesia memiliki opsi untuk alumina, tembaga, timah, emas, dan komoditas perkebunan dan pertanian. Menurut Jokowi jika Indonesia punya keberanian untuk menghentikan ekspor bahan mentah maka keuntungannya akan lebih besar.

Karena bisa membuka lapangan pekeejaan yang lebih besar. Serta memiliki nilai tambah dibandingkan dengan ekspor bahan mentah. Selain itu, Menteri Keuangan juga bisa memungut  pajak, PPh, PPn, bea ekspor, serta PNBP.

"Tapi bener, kita stop ini bener, karena dari Rp 1,5 triliun melompat menjadi Rp 20 triliun. Apa yang terjadi kalau kita stop semua? Investasi dalam kegiatan jadi naik tinggi, capital inflow memunculkan nilai tambah luar biasa," katanya.

Karena barang-barang seperti baterai, TV baterai, kendaraan listrik semuanya akan diproduksi dalam negeri. Karena ekspor bahan bakunya distop. 

"Saya sampaikan saat G20 di Italy, Indonesia tidak tertutup. Tapi separuh industrinya bawa ke Indonesia, atau semua bawa ke Indonesia. Bisa kamu kerjasama dengan BUMN atau swasta kita atau kamu sendiri, tapi di Indonesia. Enak banget mereka kita setori bahan bakunya, nilai tambahnya 14-20 kali lipat. Enak sekali, pajak mereka dapat, pembukaan lapangan kerja mereka dapat, terus kita dapat apa. Kita ditakut-takuti terus," paparnya.

Mantan Wali Kota Solo itu juga mengatakan saat ini situasi dunia sedang tidak mudah dan ini dirasakan semua negara. Setelah dihadapkan pada industri 4.0 dan semua negara tergagap. Dihantam lagi oleh disrupsi akut oleh pandemi yang tidak terduga. 

"Tambah pusing, pusingnya belum reda, tambah perang. Bertubi-tubi, betapa sulitnya ekonomi. Tetapi Alhamdulillah kita bisa menjalaninya. Mengelola keuangan, mengendalikan covid dengan baik kalau dibanding negara lain. Artinya apa, masa depan global semakin penuh ketidakpastian," ujarnya.

Yang dilakukan adalah transformasi ekonomi. Dalam posisi seperti ini keberanian, transformasi ekonomi akan memberikan manfaat dan memberikan peluang jangka panjang menjadi lebih baik. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persis Solo Menang Dari Rans, Empat Kali Berturut-turut Berpeluang Menuju Empat Besar

PDI P Solo Cari Cawali Buka Penjaringan Untuk Umum Dan Berharap Tidak Jalan Pintas

Wapres Terpilih Gibran Pilih India Untuk Belajar Makan Siang Gratis Efektif