Tentang Islam di Mataram, Penuturan Putri Raja PB XII : Ancaman Dicoret Dari Keluarga Keluar Aturan

Keraton Surakarta terlihat dari depan.

Tema : Budaya  | Penulis : Agung Huma | Foto : Agung Huma | Pengunggah : Elisa Siti

"Raja meletakkan bahwa trah mataram itu adalah Islam hingga berjalan sampai ke Surakarta," __jelas Gusti Kanjeng Ratu Wandansari putri Raja Keraton Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwana XII, Minggu (06/03/2022).

SOLO- Kekuatan dalam meletakan dasar keyakinan dilakukan para keturunan trah Mataram hingga sampai sekarang, Dalam hal ini Islam sebagai agama yang ditekankan oleh Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma. Hal ini dituturkan Gusti Kanjeng Ratu Wandansari putri Raja Keraton Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwana XII.

"Raja meletakkan bahwa trah mataram itu adalah Islam hingga berjalan sampai ke Surakarta," jelasnya, Minggu (06/03/2022).

Sedangkan trah Mataram di Surakarta ini yakni Keraton Surakarta dan Mangkunegaran. Begitu juga trah mataram lainnya yakni Keraton Yogyakarta dan Paku Alam. Bahkan keyakinan beragama Islam ini ditekankan untuk anak keturunan grade atau tingkat pertama.

"Yang mencanangkan Mataram Islam itu eyang Sultan Agung Prabu Hadi Hanyokrokusumo. Empat trah dari karaton dan kadipaten, harusnya menjaga marwah itu," tuturnya.

Adapun ayahandanya Sri Susuhunan Pakubuwana XII telah menasehatinya atau wawaler untuk keturunannya. Wanti wanti juga disampaikan nasehat disampaikannya kalau pindah agama maka haknya ilang termasuk makamnya. Sedangkan karaton menyediakan makam untuk putra putri raja termasuk cucunya di Laweyan, Makam Ki Ageng Nis dan cicitnya di Ngenden, Solo.

"Begitu juga berlaku menikah dengan lain bangsa, maka bisa dicoret dari keluarga," ungkapnya.

Tidak sekedar itu, nama itu tidak ada di kasentanan kantor Kusumo Wandowo yang mengurusi terkait keturunan raja trah mataraman. Maka ia menegaskan dalam keyakinan tidak seenaknya sendiri. Ketegasan ini yang ia ketahui terlihat sewaktu PB Ke III karena ada yang melanggar.

"Sebagai anak keturunan mataram itu, harus paham betul jadi opo sing dadi wewalere itu. harusnya gitu," tandasnya.

Termasuk ia juga menyayangkan bila ada keturunan raja pindah pindah agama hanya untuk kepentingan. Hal ini pernah ia ketahui seangkatannya, karena ada yang terpengaruh pergaulan hingga pendidikan juga. Bahkan ada yang masih memaksakan untuk diakui sebagai keluarga trah mataram.

"Itu sangat tidak bisa diterima oleh eyang," ujar wanita yang kerap disapa Gusti Mung. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persis Solo Menang Dari Rans, Empat Kali Berturut-turut Berpeluang Menuju Empat Besar

PDI P Solo Cari Cawali Buka Penjaringan Untuk Umum Dan Berharap Tidak Jalan Pintas

Startegi Khusus Gibran Menarik Suara Pemilih Pilpres 2024